Pada sekitar tahun 1950, penyakit Malaria menjangkit hampir semua masyarakat di seluruh negeri, dengan ratusan ribu orang dinyatakan meninggal karena wabah ini. Setelah beragam upaya untuk membasmi wabah ini, mulai dari membentuk Dinas Pembasmian Penyakit Malaria sampai dengan Penyemprotan obat DDT, akhirnya pada 12 November 1964 pemerintah menyatakan keberhasilan pemberantasan Malaria. Tanggal ini juga yang kemudian diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional.
Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-59. Kementerian Kesehatan menggelar pameran pembangunan dan transformasi kesehatan dengan tema Melesat Maju Menuju Resiliensi Kesehatan yang dibuka secara langsung oleh Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin di Jakarta Convention Center pada tanggal 9 – 11 November 2023. Pameran ini terbuka umum untuk seluruh masyarakat karena pameran farmasi dan alat kesehatan ini dibuka secara gratis. Masyarakat yang datang juga bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis seperti pemeriksaan mata, gula darah hingga terapi akupuntur.
Untuk memeriahkan hari peringatan ini, Kemenkes RI melalui laman resminya merilis logo dan tema Hari Kesehatan Nasional ke-59 yang diperingati pada Minggu, 12 November 2023. Logo HKN tahun ini terdiri dari lambang Kemenkes RI dan angka 59. Dari segi warna, tampak 3 warna yang menggambarkan logo Kemenkes RI, yaitu biru turquoise, hijau terang, dan abu-abu. Warna biru turquoise melambangkan unsur sehat, kepercayaan, dan integritas. Warna hijau terang memberikan efek ramah, hangat, semangat dalam melayani. Terakhir, warna abu-abu memberikan kesan modern, profesional, serius, stabil, tenang, dan dapat dipercaya.
Dari segi bentuk, tampak angka 59 yang terdiri dari bentuk lingkaran dan pucuk daun. Bentuk lingkaran melambangkan konsentrasi serta fokus yang tinggi dalam menggapai tujuan, sedangkan bentuk pucuk daun menggambarkan suatu proses pertumbuhan dan kemajuan. Kemudian, pada logo bertuliskan juga tema HKN ke-59 yang berjudul “Transformasi Kesehatan untuk Indonesia Maju”.
Dalam semangat memperingati Hari Kesehatan Nasional, kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan serta status kesehatan individu perlu dihidupkan. Meskipun pandemi covid-19 telah mereda sampai di titik tidak menyebabkan kepanikan seperti saat ini, masyarakat Indonesia tidak boleh lalai terhadap beberapa masalah kesehatan yang belum terselesaikan di Indonesia. Berdasarkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) pada tanggal 18 Januari 2020 lalu, Kemenkes telah merumuskan 5 fokus masalah kesehatan dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Kesehatan tahun 2020 – 2024. Penyakit tidak menular atau PTM merupakan salah satu fokus permasalahan kesehatan tersebut yang perlu kita diperhatikan.
Sesuai namanya, penyakit tidak menular bukan disebabkan oleh penularan vektor (seperti virus atau bakteri), melainkan lebih kepada penyakit kronis degeneratif. Penyakit ini bersifat katastropik apabila diabaikan atau berpotensi mengancam nyawa dan memerlukan biaya pengobatan yang besar dalam jangka waktu yang lama. Angka penderita PTM mulai meningkat sejak tahun 2010 yang diikuti juga pembengkakan pembiayaan penyakit katastropik. Tercatat dari data BPJS, pada tahun 2014 terdapat sekitar 6 juta kasus dengan total pembiayaan mencapai Rp 9,1 triliun, sedangkan pada tahun 2018 terdapat peningkatan kasus menjadi 19 juta kasus dengan pembiayaan mencapai Rp 20,4 triliun. Kita patut khawatir terhadap kondisi demikian sebab selain jumlah kasus PTM yang kian melambung di Indonesia, angka PTM pada kelompok usia produktif Indonesia semakin tinggi. Hal ini diakibatkan besarnya paparan faktor risiko PTM terhadap kelompok produktif.
Penyakit tidak menular dipengaruhi oleh 3 faktor risiko utama yang dapat dicegah dan dikontrol oleh setiap individu sehingga penyakit ini tergolong sebagai preventable disease. Ketiga faktor risiko tersebut adalah faktor metabolik, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Faktor metabolik terdiri dari tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, obesitas, dislipidemia, gangguan fungsi ginjal, dan malnutrisi. Faktor perilaku terdiri dari perilaku diet, merokok, risiko kesehatan kerja, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol. Faktor lingkungan dapat berupa polusi udara, kekerasan, serta kemiskinan.
Mahasiswa sebagai agen perubahan sudah sepantasnya memahami serta mengantisipasi penyakit tidak menular ini. Tentu, mahasiswa perlu berperan aktif menggerakan masyarakat dalam menghadapi PTM, baik berupa kegiatan yang bersifat promotif, preventif, maupun kuratif. Namun, jangan lupakan bahwa mahasiswa juga termasuk dalam kelompok usia produktif yang berpotensi terkena PTM. Tuntutan belajar yang tinggi, stres, diet yang tidak seimbang, dan gaya hidup yang buruk merupakan beberapa faktor risiko utama PTM yang sering dialami mahasiswa.
Hal tersebut juga terjadi pada mahasiswa preklinik, klinik, dan profesi kedokteran gigi. Menurut Winihastuti (2016), dokter gigi merupakan salah satu pekerjaan yang sangat rentan terhadap Cumulative Trauma Disorder (CTD). CTD merupakan salah satu penyakit tidak menular yang ditandai rasa tidak nyaman pada ekstremitas atas, bahu, dan punggung. CTD pada dokter gigi timbul akibat kesalahan postur, pengeluaran kekuatan, repetisi, durasi, dan stres saat bekerja. Tuntutan hasil pekerjaan yang tepat dan stabil pada area kerja yang kecil, yaitu mulut pasien, menjadi alasan mengapa mahasiswa preklinik, klinik, dan profesi kedokteran gigi rentan terkena CTD. Oleh karena itu, perlu adanya penyegaran kembali terhadap kesadaran dan kemauan mahasiswa preklinik, klinik, dan profesi kedokteran gigi dalam menghadapi penyakit tidak menular, seperti Cumulative Trauma Disorder.
Berikut beberapa hal yang dapat mencegah perkembangan penyakit tidak menular, khususnya bagi mahasiswa kedokteran gigi.
- Menambah wawasan terkait penyakit tidak menular
- Membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak
- Rutin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari
- Tidak merokok dan minum alkohol
- Menjaga berat badan ideal
- Melakukan peregangan di saat atau setelah kegiatan yang lama dan berulang
- Bicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya
- Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin secara teratur
Daftar Pustaka
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2023, Logo Hari Kesehatan Nasional ke 59 (HKN 59), https://ayosehat.kemkes.go.id/logo-hari-kesehatan-nasional-ke-59, Diakses pada tanggal 8 November 2023.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2022, Masalah dan Tantangan Kesehatan Indonesia Saat Ini, https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/masalah-dan-tantangan-kesehatan-indonesia-saat-ini, Diakses pada tanggal 8 November 2023.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2022, Mengenal Penyakit Tidak Menular dan Pencegahannya, https://ayosehat.kemkes.go.id/mengenal-penyakit-tidak-menular-dan-pencegahannya, Diakses pada tanggal 10 November 2023.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2022, Pameran Alat Kesehatan dan Farmasi Sebagai Ajang Capaian Transformasi Ketahanan Kesehatan Resmi Dibuka, https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/pameran-alat-kesehatan-dan-farmasi-sebagai-ajang-capaian-transformasi-ketahanan-kesehatan-resmi-dibuka, Diakses pada tanggal 10 November 2023.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021, Renstra Kemenkes Tahun 2020 – 2024, https://farmalkes.kemkes.go.id/unduh/renstra-kemenkes-tahun-2020-2024/, Diakses pada tanggal 8 November 2023.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021, 5 Fokus Masalah Kesehatan Tahun 2022, https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20200218/1033051/5-fokus-masalah-kesehatan-tahun-2020/, Diakses pada tanggal 9 November 2023.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Panduan 50 tahun Hari Kesehatan Nasional, https://promkes.kemkes.go.id/pub/files/panduan%20HKN%2050%20Tahun.pdf, Diakses pada tanggal 8 November 2023.
Winihastuti, H., 2016, Hubungan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Cumulative Trauma Disorders pada Dokter Gigi di PT. X Tahun 2014, Jurnal Administrasi Rumah Sakit, 3(1): 53 – 65.