WORLD SUICIDE PREVENTION DAY

CONTENT WARNING : 

Kajian ini berisi hal-hal sensitif secara eksplisit, seperti depresi dan bunuh diri. Pembaca diharap bijak.

 

Istilah suicide dalam bahasa Indonesia berarti bunuh diri. Kata suicide pertama kali diperkenalkan pada abad ke-17 dalam buku berjudul Religio Medici pada 1643 oleh seorang filosofis Inggris yang bernama Sir Thomas Browne. Kata “suicide” berasal dari bahasa Latin, “sui”, yang artinya “diri sendiri” dan “caedere” yang artinya “untuk membunuh”. Dalam laman resminya, American Psychiatric Association (APA) mendefinisikan perilaku bunuh diri sebagai bentuk tindakan individu untuk membunuh dirinya sendiri dan paling sering terjadi karena depresi atau penyakit mental lainnya. Aksi bunuh diri sendiri telah meningkat 36% antara tahun 2000-2021 dan telah menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di dunia dalam rentang usia 15-29 tahun. Sebesar 79% kasus bunuh diri terjadi di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Hal tersebut banyak dilakukan dengan cara gantung diri, overdosis, dan meminum bahan-bahan berbahaya, seperti insektisida. Penyebab terjadinya kasus bunuh diri pun bermacam-macam, seperti masalah pendidikan, frustrasi ekonomi, masalah keluarga, dan lain-lain.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa individu yang berkuliah memiliki resiko bunuh diri yang lebih besar daripada individu yang tidak berkuliah. Mahasiswa berada pada rentang usia perkembangan dewasa awal, yakni antara 18-25 tahun. Beberapa teori menyebutkan bahwa rentang usia tersebut disebut dengan emerging adulthood. Mahasiswa dalam masa emerging adulthood banyak mengalami perubahan dalam hidupnya yang meningkatkan tingkat stres mahasiswa. Perubahan tersebut dapat diartikan dengan hal-hal yang baru dialami ketika menginjak usia dewasa yang penuh tekanan dan ketegangan emosional sampai pada level tertentu. Perubahan tersebut antara lain adalah stres akademik, hubungan interpersonal, serta ketidakyakinan mahasiswa akan masa depan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kasus bunuh diri mahasiswa adalah stres akademik yang dapat dijabarkan lebih rinci, seperti ketidakmampuan mahasiswa dalam mengerjakan tugas, hasil yang tidak memuaskan, persaingan antar mahasiswa, serta ketidakyakinan mahasiswa untuk memenuhi ekspektasi orang tua. Merasa tidak memiliki jalan keluar akan masalah yang mereka hadapi, banyak mahasiswa yang akhirnya memilih untuk bunuh diri. Sebelum benar-benar melakukan tindakannya, mahasiswa yang melakukan bunuh diri mengembangkan suicidal ideation atau ide bunuh diri. Ide bunuh diri adalah keinginan dan rencana individu untuk membunuh dirinya sendiri.. Ide bunuh diri pada mahasiswa sering kali ditemukan. Menurut Febriana dkk. (2021), mahasiswa setidaknya memiliki ide bunuh diri sekali dalam dua belas bulan. Hal ini tentunya perlu dicegah agar kasus bunuh diri pada mahasiswa sebisa mungkin tidak terjadi lagi.

Tidak semua mahasiswa yang mengalami stres memiliki ide untuk bunuh diri. Banyak juga dari mereka yang menggunakan strategi coping untuk mendistraksi dan mengatasi masalah mereka. Maka dari itu, strategi coping yang efektif sangat dibutuhkan. Strategi coping setiap individu berbeda-beda sehingga penting bagi mahasiswa untuk memahami dan mengenali dirinya sendiri mengenai aktivitas atau kegiatan positif yang mereka sukai. Strategi coping yang efektif dapat mengubah emosi negatif menjadi lebih positif sebab dalam keadaan stres, individu cenderung didominasi oleh emosi negatif. Keberadaan strategi coping ini menjadi salah satu cara untuk menghindari bunuh diri sebab hal tersebut dapat memberikan efek psychological break dan mengisi energi individu yang telah terkuras. Memiliki pendengar yang baik juga dapat menghilangkan suicidal ideation. Hal ini dapat dimulai dengan membuka diri kepada teman, sahabat, atau keluarga sebab memendam masalah sendiri hanya akan membuat mahasiswa semakin tertekan. Akan tetapi, apabila masih tetap dirasa sungkan, mahasiswa bisa datang ke layanan kesehatan yang tersedia. Sebagai contoh, di lingkungan kampus Universitas Gadjah Mada telah disediakan fasilitas klinik GMC yang menyediakan layanan konsultasi psikolog. Hal ini diharapkan dapat mengurangi beban dan tekanan yang dirasakan mahasiswa sehingga angka kasus bunuh diri pada mahasiswa pun dapat berkurang.

Dalam rangka mendukung orang-orang yang sedang melawan suicidal ideation-nya, lahirlah World Suicide Prevention Day atau Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia adalah gagasan yang dikeluarkan tahun 2003 oleh International Association for Suicide Prevention (IASP) yang jatuh setiap tanggal 10 September. Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia ini digagas untuk mencegah tindakan bunuh diri di seluruh dunia. Organisasi World Health Organization (WHO) pun juga turut mendukung gerakan ini dengan cara mensponsori acara tersebut, guna menaikan kesadaran bahwa bunuh diri dapat dicegah, memberi edukasi tentang pencegahan seputar bunuh diri, dan mengajak pemimpin-pemimpin negara untuk membangun kebijakan politik nasional dalam pencegahan bunuh diri. Dengan menciptakan harapan melalui tindakan, kita semua bisa memberikan orang-orang yang mengalami pemikiran untuk bunuh diri harapan bahwa masalahnya tidak harus diselesaikan dengan bunuh diri, dan bahwa kita semua peduli dan mau mendukung mereka. Mengingat tidak sedikitnya angka bunuh diri di Indonesia, Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia harapannya dapat didukung penuh, digalakkan, dan dipromosikan oleh pemerintah Indonesia. Seperti yang kita tahu, sebagian besar masyarakat Indonesia masih salah kaprah dalam memandang kasus bunuh diri dengan mempercayai bahwa bunuh diri merupakan sebuah manifestasi dari ketidakdekatan seseorang kepada Tuhannya. Hal ini menyebabkan orang-orang dengan suicidal ideation sungkan untuk terbuka terhadap apa yang mereka rasakan dan akhirnya lebih memilih bunuh diri daripada terbuka dan menjadi dipandang sebelah mata. Maka dari itu, diperlukan edukasi mengenai kesehatan mental dasar yang salah satunya bisa disalurkan melalui Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia.

 

REFERENSI

 

Febriana, Y.,  Purwono, R. U., dan Djunaedi, A., 2021, Perceived Stress, Self-Compassion, dan Suicidal Ideation pada Mahasiswa, Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 13(1): 60-70.

Idham, A. F., Sumantri, M. A., dan Rahayu, P., 2019, Ide dan Upaya Bunuh Diri pada Mahasiswa, Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 11(3): 177-183.

Karel, T. H., dan Reagen, M.,  2022, Stres Akademik dengan Perilaku Bunuh Diri pada Mahasiswa, Klabat Journal of Nursing, 4(1): 68-73.

WHO, World Suicide Prevention Day 2022

https://www.who.int/campaigns/world-suicide-prevention-day/2022, diakses 4 September,  2023

Yayasan Pulih, 2020, Mengenal Suicidal Thought dan Peran Terbaik Orang Dekat. Tersedia di https://www.cdc.gov/suicide/facts/index.html#:~:text=Suicide%20is%20death%20caused%20by,a%20result%20of%20their%20actions, Last Reviewed: May 8, 2023 https://yayasanpulih.org/2020/09/mengenal-suicidal-thought-dan-peran-terbaik-orang-dekat/, diakses 4 September,  2023.

Leave a Reply

Your email address will not be published.